titik tercemarnya sungai brantas
MALANG: Sedikitnya 10 titik yang terbentang di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di wilayah Malang Raya (Kota/Kabupaten Malang dan Kota Batu) tercemar limbah. Limbah yang mencemari tersebut sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga, pertanian, serta kegiatan industri. Jika tidak segera mendapatkan penanganan serius dikhawatirkan akan membawa dampak terburuk bagi masyarakat, utamanya penyakit, banjir, maupun tanah longsor. Odi C.O., Koordinator Tim Analisis Kawasan Sungai Rantai Pagar Aji Universitas Islam Malang (Unisma), mengatakan 10 titik di Malang Raya yang tercemar limbah tersebut berada di sekitar wilayah hulu Sungai Brantas di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tlogomas, Dinoyo, dan Sukun Kota Malang, hingga perbatasan Bululawang-Kepanjen Kabupaten Malang. “Sepuluh titik itu mulai Watu Kali Junggo Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Sengkaling (belakang Taman Rekreasi Sengkaling) Dau Kabupaten Malang, Dinoyo (belakang pasar dan pabrik es), Gadang (dekat Tempat Pembuangan Akhir/TPA Supit Urang), serta Kendalpayak Bululawang Kabupaten Malang,” ujarnya kepada Bisnis di Malang, Kamis, 24 Mei 2012. Menurutnya, dari analisis yang dilakukan tim, kegiatan pencemaran yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah membuang sampah ke sungai. Bahkan dari temuan tim di lapangan tumpukan sampah di wilayah Kendalpayak Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang misalnya menimbulkan banjir yang serius. “Bahkan sisa banjir yang ditinggalkan akibat tumpukan sampah tersebut nyaris sampai setinggi rumah.” Selain banjir, dampak lainnya yang serius adalah terjadi abrasi di wilayah DAS Brantas. Sementara di sepanjang kawasan DAS Brantas banyak berdiri rumah-rumah penduduk. Sedangkan ancaman penyakit adalah penyakit kulit seperti gatal-gatal hingga diare. Karena tidak sedikit diantara masyarakat yang berada di 10 titik tersebut menggunakan air sungai untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus (MCK). “Hasil analisa dan observasi di lapangan yang rutin kami gelar, hasilnya memang tidak banyak menunjukkan perubahan berarti. Artinya 10 titik tersebut memang rawan dari pencemaran limbah yang serius,” jelasnya.Tim sendiri, kata dia, juga sudah memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah (pemda) setempat. Utamanya terkait dengan keberadaan bangunan atau pembangunan yang dilakukan disekitar bibir sungai serta pentingnya melakukan Amdal. Namun sejauh ini belum ada respon dari pemda terkait. Tim juga getol menumbuhkan kesadaran dan kecintaan masyarakat kepada lingkungan, diantaranya dengan tidak membuang sampah ke sungai. Selain itu, ujar Odi, menekankan pentingnya masyarakat menjaga kebersihan dengan tidak mandi dan cuci ke sungai yang airnya sudah mengandung limbah baik rumah tangga, pertanian, maupun industri. Anggota Tim Pemantauan Kualitas Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu Imelda Murba Triguna mengatakan air Brantas di perkotaan Kota Batu juga diketahui mengalami pencemaran. Mulai Jembatan Sungai Metro airnya sudah tidak layak konsumsi karena tercemar limbah. “Tepatnya melebihi baku mutu kelas II untuk konsumsi rumah tangga, karena limbah rumah tangga. Sehingga untuk mandi dan mencuci saja sudah tidak layak pakai apalagi untuk kebutuhan memasak,” tambahnya.
MENTERI LINGKUNGAN IKUT BERSIH - BERSIH KALI BRANTAS
Helipad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dipenuhi aktivis lingkungan, Sabtu (9/3). Mereka berasal dari kalangan militer, mahasiswa, kader lingkungan, kalangan media, ormas, instansi swasta, dan masyarakat umum. Pagi itu UMM menjadi tuan rumah pembukaan dimulainya gerakan “Bersih-bersih Kali Brantas”. Menteri Lingkungan Hidup, Prof Dr Balthasar Kambuaya, membunyikan tombol sirine menandai gerakan lingkungan itu.
Di hadapan ratusan orang yang siap bekerja keras membersihkan Brantas dari sampah, Balthasar menyerukan agar gerakan ini diteruskan secara masal dan rutin. Lingkungan yang bersih menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat sehingga siapapun harus bahu membahu melakukan gerakan Indonesia Bersih.
“Pada Desember tahun lalu pemerintah sudah mencanangkan Gerakan Indonesia Bersih. Kali ini kita ingin mewujudkan dengan aksi nyata membersihkan lingkungan di sekitar kita,” ujar Menteri yang melanjutkan aksinya dengan menanam pohon di halaman kampus UMM serta membuang sampah kali Brantas ke gerobak sampah. Menteri LH didampingi rektor Dr Muhadjir Effendy, MAP, Wali Kota Malang, Peni Suparto, Dirut Perum Jasa Tirta I, Danlanal, serta Direktur Jawa Pos Radar Malang.
Bersih-bersih Kali Brantas merupakan kegiatan yang digagas oleh Jawa Pos Radar Malang bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta, Kodim 0833 dan Kodim 0818 dan didukung UMM sebagai tuan rumah pembukaan. “Setiap kegiatan sosial yang positif pasti kita dukung. Acara ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat,” ujar PR II, Drs. Fauzan, MPd.
Sungai Brantas yang dibersihkan meliputi 12 titik yang melintasi daerah Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Titik di depan kampus UMM sepanjang 400 meter dibersihkan oleh sekitar 450 orang, termasuk 24 mahasiswa dan dosen asing UMM. Mereka bahu membahu membersihkan sampah hingga mengangkatnya ke atas dua buah truk yang siap membuang ke TPA Supit Urang, Malang.
Direktur Jawa Pos Radar Malang, Kurniawan Muhammad, menyatakan keikut sertaan UMM dalam aksi ini snagat penting mengingat kampus ini dilintasi sungai Brantas dan memiliki kader lingkungan yang lengkap. “Terima kasih kepada bapak rektor yang sangat mendukung acara ini hingga terlaksana dengan meriah,” ungkap Kurniawan.
Di sisi lain, mahasiswa asing yang ikut aksi bersih-bersih merasa senang bisa terlibat. Di negara asalnya di Hongaria, Prancis dan Swedia sungainya selalu bersih. Mereka juga ingin sungai di Indonesia bisa seperti di negaranya. Hal berbeda dirasakan mahasiswa asal Vietnam. Di negara asalnya sungai juga jorok seperti di Indonesia, tetapi aksi bersih-bersih masal seperti ini tidak pernah dijumpai.
Di hadapan ratusan orang yang siap bekerja keras membersihkan Brantas dari sampah, Balthasar menyerukan agar gerakan ini diteruskan secara masal dan rutin. Lingkungan yang bersih menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat sehingga siapapun harus bahu membahu melakukan gerakan Indonesia Bersih.
“Pada Desember tahun lalu pemerintah sudah mencanangkan Gerakan Indonesia Bersih. Kali ini kita ingin mewujudkan dengan aksi nyata membersihkan lingkungan di sekitar kita,” ujar Menteri yang melanjutkan aksinya dengan menanam pohon di halaman kampus UMM serta membuang sampah kali Brantas ke gerobak sampah. Menteri LH didampingi rektor Dr Muhadjir Effendy, MAP, Wali Kota Malang, Peni Suparto, Dirut Perum Jasa Tirta I, Danlanal, serta Direktur Jawa Pos Radar Malang.
Bersih-bersih Kali Brantas merupakan kegiatan yang digagas oleh Jawa Pos Radar Malang bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta, Kodim 0833 dan Kodim 0818 dan didukung UMM sebagai tuan rumah pembukaan. “Setiap kegiatan sosial yang positif pasti kita dukung. Acara ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat,” ujar PR II, Drs. Fauzan, MPd.
Sungai Brantas yang dibersihkan meliputi 12 titik yang melintasi daerah Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang. Titik di depan kampus UMM sepanjang 400 meter dibersihkan oleh sekitar 450 orang, termasuk 24 mahasiswa dan dosen asing UMM. Mereka bahu membahu membersihkan sampah hingga mengangkatnya ke atas dua buah truk yang siap membuang ke TPA Supit Urang, Malang.
Direktur Jawa Pos Radar Malang, Kurniawan Muhammad, menyatakan keikut sertaan UMM dalam aksi ini snagat penting mengingat kampus ini dilintasi sungai Brantas dan memiliki kader lingkungan yang lengkap. “Terima kasih kepada bapak rektor yang sangat mendukung acara ini hingga terlaksana dengan meriah,” ungkap Kurniawan.
Di sisi lain, mahasiswa asing yang ikut aksi bersih-bersih merasa senang bisa terlibat. Di negara asalnya di Hongaria, Prancis dan Swedia sungainya selalu bersih. Mereka juga ingin sungai di Indonesia bisa seperti di negaranya. Hal berbeda dirasakan mahasiswa asal Vietnam. Di negara asalnya sungai juga jorok seperti di Indonesia, tetapi aksi bersih-bersih masal seperti ini tidak pernah dijumpai.
penurunan kualitas air kali brantas
Aliran Sungai Brantas dari hulu ke hilir mengalami penurunan kualitas yang cukup signifikan. Sampah domestik milik rumah tangga yang dibuang ke sungai menjadi ancaman besar bagi penurunan kualitas air sungai di Kota Malang. Keberadaan sampah domestik, utamanya dari jenis sampah organik dapat meningkatkan kadar kekeruhan air sungai dan mematikan makhluk hidup pengurai di sungai.
Kabid Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat BLH Kota Malang Linda Desriwati mengatakan, kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Sehingga banyak di antara mereka yang membuang sampah rumah tangga di sungai. Mereka tidak menyadari jika sampah yang mereka buang sembarangan dapat membuat mutu air sungai menurun. Pencemaran itu disebabkan sudah banyak pencemaran yang terjadi di kawasan aliran sungai tersebut. Penyebab pencemaran itu, antara lain, banyaknya limbah rumah tangga yang dibuang ke aliran sungai. Dia menyebutkan, kondisi itu diketemukan tim yang telah memeriksa kualitas air dari limbah kamar mandi, limbah dapur, maupun limbah deterjen. Karena itu, air sungai di kawasan perkotaan itu sudah tidak layak dikon sumsi. “Untuk mandi dan mencuci saja sudah tidak layak. Lebih-lebih untuk kebutuhan memasak,” ucap Imelda.
Bukan hanya masyarakat Kota Malang yang kesadarannya rendah, penduduk yang tinggal di hulu sungai juga seperti itu, ujar Linda saat ditemui Malang Post di kantornya siang kemarin. Saat ini kualitas air sungai di Kota Malang, khususnya di Sungai Brantas masih belum menunjukkan adanya penurunan. Dalam pemeriksaan terakhir, air Sungai Brantas masih tetap berada dalam kategori air sungai kelas C-D, seperti sebelumnya. Namun sungai yang masuk dalam kategori ini airnya tidak dapat digunakan untuk konsumsi seperti pada sungai kelas A-B. Peruntukannya hanya untuk pengairan.
Meski tidak bisa digunakan untuk air minum, lanjut Linda, bukan berarti masyarakat Kota Malang kesulitan mendapat air minum. Pasalnya berbeda dengan Surabaya yang memanfaatkan air sungai untuk konsumsi air minum, Kota Malang mendapatkan air minum dari sumber mata air.
Selain mengancam kualitas air sungai, sampah domestik, terutama dari jenis sampah an-organik juga membahayakan. Sampah an-organik seperti plastik dan kertas yang tersangkut di waduk ataupun yang tenggelam di dasar dapat mengakibatkan pendangkalan sungai. Jika kondisi ini terus-terusan terjadi, pada saat musim hujan tiba, sungai yang seharusnya mampu menampung debit air, justru tidak bisa lagi. Akibatnya air akan meluap.
Untuk mengurangi volume sampah domestik yang dibuang ke sungai, BLH tengah merancang pengolahan sampah domestik yang melibatkan masyarakat. Utamanya masyarakat yang berada di bantaran sungai. Seperti yang telah dilakukan tahun 2006 lalu di daerah Mergosono gang 3. Nantinya sampah rumah tangga wajib dipisahkan antara sampah organik dan sampah an-organik. Selanjutnya sampah organik akan diolah menjadi kompos, sedangkan sampah an-organik akan diolah sehingga memiliki nilai yang lebih tinggi.
Selain itu juga ada upaya kerjasama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang karena hulu sungai melewati dua daerah itu. Kerjasama ini tentunya melalui Jasa Tirta, imbuhnya.
Kabid Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat BLH Kota Malang Linda Desriwati mengatakan, kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Sehingga banyak di antara mereka yang membuang sampah rumah tangga di sungai. Mereka tidak menyadari jika sampah yang mereka buang sembarangan dapat membuat mutu air sungai menurun. Pencemaran itu disebabkan sudah banyak pencemaran yang terjadi di kawasan aliran sungai tersebut. Penyebab pencemaran itu, antara lain, banyaknya limbah rumah tangga yang dibuang ke aliran sungai. Dia menyebutkan, kondisi itu diketemukan tim yang telah memeriksa kualitas air dari limbah kamar mandi, limbah dapur, maupun limbah deterjen. Karena itu, air sungai di kawasan perkotaan itu sudah tidak layak dikon sumsi. “Untuk mandi dan mencuci saja sudah tidak layak. Lebih-lebih untuk kebutuhan memasak,” ucap Imelda.
Bukan hanya masyarakat Kota Malang yang kesadarannya rendah, penduduk yang tinggal di hulu sungai juga seperti itu, ujar Linda saat ditemui Malang Post di kantornya siang kemarin. Saat ini kualitas air sungai di Kota Malang, khususnya di Sungai Brantas masih belum menunjukkan adanya penurunan. Dalam pemeriksaan terakhir, air Sungai Brantas masih tetap berada dalam kategori air sungai kelas C-D, seperti sebelumnya. Namun sungai yang masuk dalam kategori ini airnya tidak dapat digunakan untuk konsumsi seperti pada sungai kelas A-B. Peruntukannya hanya untuk pengairan.
Meski tidak bisa digunakan untuk air minum, lanjut Linda, bukan berarti masyarakat Kota Malang kesulitan mendapat air minum. Pasalnya berbeda dengan Surabaya yang memanfaatkan air sungai untuk konsumsi air minum, Kota Malang mendapatkan air minum dari sumber mata air.
Selain mengancam kualitas air sungai, sampah domestik, terutama dari jenis sampah an-organik juga membahayakan. Sampah an-organik seperti plastik dan kertas yang tersangkut di waduk ataupun yang tenggelam di dasar dapat mengakibatkan pendangkalan sungai. Jika kondisi ini terus-terusan terjadi, pada saat musim hujan tiba, sungai yang seharusnya mampu menampung debit air, justru tidak bisa lagi. Akibatnya air akan meluap.
Untuk mengurangi volume sampah domestik yang dibuang ke sungai, BLH tengah merancang pengolahan sampah domestik yang melibatkan masyarakat. Utamanya masyarakat yang berada di bantaran sungai. Seperti yang telah dilakukan tahun 2006 lalu di daerah Mergosono gang 3. Nantinya sampah rumah tangga wajib dipisahkan antara sampah organik dan sampah an-organik. Selanjutnya sampah organik akan diolah menjadi kompos, sedangkan sampah an-organik akan diolah sehingga memiliki nilai yang lebih tinggi.
Selain itu juga ada upaya kerjasama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang karena hulu sungai melewati dua daerah itu. Kerjasama ini tentunya melalui Jasa Tirta, imbuhnya.